Lompat ke isi utama

Berita

Peluncuran Buku Pengawas Adhoc Pemilu 2024, 'Perhelatan Besar Demokrasi Abad-21 di Bumi Multatuli'

peluncuran buku

Ketua Bawaslu Lebak Dedi Hidayat bersama dengan Jajaran Anggota Bawaslu Kabupaten Lebak Dwi Agus Setiawan, Deden Kurniawan, Asep Rizal Murtadho dan firman Kiki serta Plt Kepala Sekretariat Asep Ahmad Fathoni  saat melakukan Peluncuran Buku Pengawas Adhoc Pemilu 2024 di Kantor Bawaslu Kabupaten Lebak, yang dilaksanakan secara virtual dan live akun youtube Bawaslu Lebak. Selasa, (5/8/2025).

Lebak, 5 Agustus 2025 – Bawaslu Kabupaten Lebak mempersembahkan kegiatan peluncuran buku bertajuk "Pengawas Adhoc Pemilu 2024: Perhelatan Besar Demokrasi Abad-21 di Bumi Multatuli" pada Selasa, 5 Agustus 2025, pukul 13.00 WIB. Acara bergengsi ini digelar secara daring dan disiarkan langsung melalui YouTube Channel Bawaslu Kabupaten Lebak, serta terbuka untuk diikuti oleh masyarakat luas, insan pengawas pemilu, akademisi, dan seluruh pemangku kepentingan demokrasi di Banten dan Indonesia.

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber utama:

  • Liah Culiah – Kordiv SDMO Bawaslu Provinsi Banten (Opening Speech)

  • Deden Kurniawan – Penulis Buku, sekaligus Kordiv SDMO Bawaslu Kabupaten Lebak (Speaker)

  • Dr. Fikri Habibi, M.Si – Akademisi dari Universitas Serang Raya (Speaker)

Peluncuran buku ini merupakan bagian dari upaya Bawaslu Lebak untuk mendokumentasikan pengalaman, tantangan, dan praktik baik yang dijalani para pengawas adhoc di tingkat TPS, Desa/Kelurahan, hingga Kecamatan pada Pemilu 2024 lalu. Buku "Perhelatan Besar Demokrasi Abad-21 di Bumi Multatuli" merekam dinamika pengawasan, inspirasi perjuangan di lapangan, serta pembelajaran penting dalam menjaga marwah demokrasi di tanah Multatuli, Lebak.

Dalam sambutannya, Liah Culiah sampaikan apresiasi

“Bangga dan alhamdulikah atas launching buku Bawaslu Lebak, apresiasi atas buku yang ada khasnya terkait lebak yaitu bumi multatuli, isi buku ini mencerahkan banyak orang, bukan hanya menceritakan kisah teman-teman pengawas, tetapi juga menceritakan bagaimana perjuangan pengawasan, “ ujar Liah pada saat sambutan.

Dikatakan Liah buku Pengawas Adhoc Pemilu 2024 dapat menjadi rujukan, catatan sejarah, kebanggaan, karya dan juga merupakan buku pertama dihasilkan Bawaslu Lebak.

“Terimakasih atas jerih payah menuliskan cerita pengawasan di Bawaslu Lebak, baik pengawasan di baduy, dan bagaimana Bawaslu Lebak melakukan pengawasan di wilayah Lebak lainnya.” Tutup Liah.

Dikatakan Ketua Bawaslu Kabupaten Lebak Dedi Hidayat bahwa Multatuli adalah spirit dan menjadi pekerjaan rumah kedepan bagaimana menghadirkan spirit multatuli dalam proses pengawasan, serta mengakomodir masukan-masukan masyarakat untuk pemilu dimasa yang akan datang," terang Dedi.

“Masih banyak masyarakat acuh tak acuh terhadap penyelenggaran pemilu, ini pekerjaan bersama untuk mengubah pola pikir ini,” lanjutnya.

“Saya berharap peluncuran buku ini mudah-mudahan menjadi harapan dan itikad baik untuk penyelenggaraan pemilu yang lebih baik lagi,” imbuh Dedi.

Dr. Fikri Habibi, M.Si, sebagai akademisi, memberikan pandangan kritis dan ilmiah terkait kontribusi pengawas adhoc terhadap kualitas demokrasi di era kini dan masa mendatang, serta catatan penting mengenai penyelenggaraan Pemilu yang bermanfaat.

“Demokrasi atau Pemilu mesti ada manfaat kepada masyarakat, poinnya ada di pelaksanaan pemilu, Free and fair akan menghasilkan kualitas pemilu yang baik, dan official atau pejabat yang baik juga dalam mengambil kebijakan. Pengawas pemilu bisa jadi instrumen pemilu dan demokrasi yang bermanfaat melalui proses pengawasan pemilu yang free and fair.” katanya pada saat menjadi speaker dalam kegiatan peluncuran buku pengawas adhoc Pemilu 2024.

“Saat ini free sudah, cuma fairnest atau keadilan yang mungkin belum kuat, kedepan penyelenggara pemilu termasuk bawaslu bisa lebih fokus kepada fairnest nya” 

Dikatakan Dr. Fikri bahwa Peran untuk mewujudkan itu semua garda terdepannya adalah pengawas adhoc.

“Seluruh Bawaslu saya liat memberikan apresiasi kepada seluruh pengawas adhoc, pertanyaannya apakah pengawas adhoc sudah dijadikan ujung tombak demokrasi? Atau jangan-jangan perannya terabaikan? Pengawas adhoc apakah sudah di tempatkan sebagai Aktor yang strategis?” 

Apa yg bs diambil dr nilai perjuangan dari multatutuli, melawan ketidak adilan, sudahkah melakukan perlawanan terhadap ketidak adilan? Apakah sudah mengarah pada ketidak adilan tadi?

“Saya harap spirit multatuli bukan hanya simbolis, spirit melawan ketidak adilan untuk menghadirkan keadilan harus dapat direalisasi oleh Bawaslu dalam melakukan pengawasan Pemilu.”

“buku ini adalah sarana informasi ke masyarakat bahwa pada Pemilu 2019 Bawaslu sudah bekerja cukup baik, kegiatan Bawaslu harus dapat diakses masyarakat, karena Bawaslu sudah menunjukan kinerja baik”

Saya mengapresiasi adanya buku ini sebagai bentuk akuntabilisas dan trasparansi, dan harus dipublikasikan karena bawaslu bekerja, jika ada pelanggaran bawaslu sudah baik dalam penanganannya dengan kata lain penindakannya sudah dilakukan, jika tidak ada pelanggaran maka berarti awas cegahnya sudah berjalan dengan baik.” Pungkas Dr. Fikri

Sementara Deden Kurniawan Kordiv SDM dan Organisasi membagikan cerita di balik proses penulisan buku, serta ide judul buku "Perhelatan Besar Demokrasi Abad-21 di Bumi Multatuli", termasuk refleksi dan inovasi strategis pengawasan adhoc yang relevan bagi generasi pengawas berikutnya.

“Latar belakang judul buku ini seperti kata “multatuli” ini yang merupakan Ikon Kabupaten Lebak sebagai simbolisasi perlawanan, hal ini sebagai simbol untuk memperlakukan pengawas adhoc secara adil ketika mereka  melakukan tugas di lapangan, sementra Abad 21 ini adalah generasi abad 21 generasi gen z, di buku ini juga menggambarkan bagaimana proses perekrutan adhoc dari kecamatan hingga pengawas TPS.”

Asep Rizal Murtadho Kordiv Pencegahan, Parmas dan HUmas sampaikan bahwasanya Pencegahan bukan hanya bagian dari tugas pengawasan, tetapi juga merupakan elemen penting dalam menciptakan Pemilu dan pemilihan yang berintegritas dan berkualitas.

“Pada Pemilu dan Pemilihan tahun 2024 lalu, Bawaslu Lebak  pertama, menerapkan strategi pencegahan struktural yakni penguatan kebijakan dan kelembagaan. Kedua pencegahan partisipatif yakni pelibatan peran serta masyarakat dalam menjaga keutuhan pemilu dan pemilihan.” Terangnya.

Firman Kiki Kordiv Hukum dan Penyelesaian Sengketa menanggapi “Multatuli itu simbol perubahan kearah yang lebih baik lagi, Lebak dengan kondisi wilayah yang luas, histori yang luar biasa, budaya, zonasi juga buat kami ini tantangan sehingga Kami pada waktu itu melakukan blusukan ke daerah-daerah untuk memastikan proses pengawasan Pemilu di 2024 untuk memperkuat ujung tombak pengawasan," ujarnya.

“Dari periode ke priode Biasanya lebak selalu langganan Gugatan MK. Alhamdulillah dengan upaya yg maksimal dari penguatan ujung tombak membentengi SDM Panwascam dn PKD yg kuat, sehingga tidak ada celah kesalahan yang di bawa ke Pengaduan MK atas Hasil dan proses yang cukup baik.” Lanjut Firman Kiki. “Dengan Zona lebak yang cukup luas 28 Kecamatan dan medan yang cukup terjal, kami berusaha memperbaiki dari hulu sampai hilir kesiapan Pengawas yang efektif.” imbuhnya.

Dwi Agus Setiawan Kordiv Penanganan Pelanggaran & Datin sampaikan tanggapan “Kenapa Multatuli, harapannya Bawaslu lebak lebih siap lagi melawan ketidakadilan, dan melalui buku ini semoga di Pemilu 2029 Bawaslu Kabupaten Lebak mampu menjadikan spirit multatuli bisa diimplementasikan dengan lebih baik lagi,” jelasnya.

Acara ini diharapkan menjadi momentum inspiratif bagi semua pihak untuk mencermati peran penting pengawas pemilu di tingkat akar rumput, memperkuat literasi demokrasi, serta memperkokoh sinergi antara pengawas, masyarakat, dan civitas akademika. Serta memberikan gambaran terkait kerja-kerja pengawasan pada Pemilu 2024

Masyarakat bisa langsung mengakses buku "Pengawas Adhoc Pemilu 2024: Perhelatan Besar Demokrasi Abad-21 di Bumi Multatuli" melalui link https://drive.google.com/drive/folders/1ctI4e9eUZi04GYcS6dZe3X4Crp3aF9vZ 

Penulis : Noey, foto : Allan

Editor : Asep Ahmad Fathoni